Customize Consent Preferences

We use cookies to help you navigate efficiently and perform certain functions. You will find detailed information about all cookies under each consent category below.

The cookies that are categorized as "Necessary" are stored on your browser as they are essential for enabling the basic functionalities of the site. ... 

Always Active

Necessary cookies are required to enable the basic features of this site, such as providing secure log-in or adjusting your consent preferences. These cookies do not store any personally identifiable data.

No cookies to display.

Functional cookies help perform certain functionalities like sharing the content of the website on social media platforms, collecting feedback, and other third-party features.

No cookies to display.

Analytical cookies are used to understand how visitors interact with the website. These cookies help provide information on metrics such as the number of visitors, bounce rate, traffic source, etc.

No cookies to display.

Performance cookies are used to understand and analyze the key performance indexes of the website which helps in delivering a better user experience for the visitors.

No cookies to display.

Advertisement cookies are used to provide visitors with customized advertisements based on the pages you visited previously and to analyze the effectiveness of the ad campaigns.

No cookies to display.

Latar Belakang Unik Yang Memperkaya Film Indonesia Terbaru


Indonesia merupakan negara yang kaya akan adat budaya. Setiap daerah memiliki keunikannya masing-masing. Tak jarang kekayaan adat budaya tersebut dijadikan sebagai inspirasi dalam pembuatan film. Seperti halnya film Indonesia terbaru, terdapat latar belakang unik yang memperkaya film tersebut.

Film Indonesia terbaru yang dimaksud adalah “Mariposa”. Film yang disutradarai oleh Fajar Nugros ini memiliki latar belakang kebudayaan Suku Minangkabau. Suku Minangkabau yang berada di Sumatera Barat memiliki kebudayaan yang begitu kaya, seperti adat perkawinan, adat istiadat, tari-tarian tradisional, dan lain-lain. Semua kekayaan budayanya itu dihadirkan dalam film Mariposa, sehingga menjadikan film tersebut unik dan bernilai tinggi.

Dalam film Mariposa, ada juga latar belakang unik lainnya yaitu dunia seni rupa. Film ini mengangkat kisah seorang seniman yang terpuruk, bisu, dan mandek dalam karya seninya. Namun, setelah ia bertemu dengan Mariposa, seorang anak kecil yang justru memperkayanya, kehidupan sang seniman berubah. Dalam film ini, penonton juga akan dibuat terpana dengan keindahan seni rupa. Dalam beberapa adegan, lukisan-lukisan yang menjadi tokoh sentral dalam film dihadirkan dengan sangat memukau.

Selain itu, film Indonesia terbaru yang juga memiliki latar belakang unik adalah “FBI: Fenuku Bermadu Islami”. Film ini bercerita tentang sekelompok anak muda yang mencoba mencuri uang dari sebuah motor pengawal yang dikawal oleh anggota FBI. Film ini mengambil setting di Desa Ndua, Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Di desa tersebut, terdapat keunikan yakni adat bersanding.

Adat bersanding biasanya dilakukan pada pesta pernikahan atau acara adat lainnya. Namun di Desa Ndua, adat bersanding digunakan untuk menyelesaikan masalah antara dua pihak. Dalam film FBI, adat bersanding digunakan untuk menyelesaikan masalah dan menjalin kerukunan antara anggota FBI dan warga desa. Dalam adegan-adegannya, penonton akan disuguhi dengan keseruan dan keunikan adat-budaya di Sulawesi Tenggara.

Kesimpulannya, kekayaan adat budaya Indonesia tak hanya menjadi kebanggaan, namun juga menjadi sumber inspirasi dalam dunia perfilman. Diantara beberapa film Indonesia terbaru, film Mariposa dan FBI memiliki latar belakang unik yang memperkaya film tersebut. Film Mariposa menghadirkan keunikan kebudayaan suku Minangkabau dan keindahan seni rupa, sedangkan film FBI memperlihatkan adat bersanding di Desa Ndua, Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Semoga kedepannya, film-film Indonesia semakin memperkaya kekayaan budaya Indonesia dan semakin menarik untuk ditonton.